Halo Mah, kali ini aku bakal sharing tentang bagaimana aku
melatih anak keduaku di saat awal masuk sekolah taman kanak-kanak.
Seperti yang kita tau, pandemi sudah hampir dua tahun
terakhir jadi ketakutan dunia. Akhirnya tahun ini vaksin yang mulai merata di
Indonesia membuat angka covid-19 tidak sebanyak dulu lagi, bahkan kasusnya pun bisa
dikatakan sudah bisa mulai ditangani dengan baik. Sekolah mulai kembali dibuka
secara bertahap dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan.
*****
Enam bulan sebelum masuk sekolah, aku selalu sounding ke
adik jika sebentar lagi dia akan memasuki sekolah, dengan menceritakan kegiatan
menarik apa saja yang ada di sekolah, siapa saja dan seperti apa orang-orang di
sekolah, dia juga sudah mulai sangat tertarik dengan berbagai macam alat tulis
dan tontonan kegiatan bersekolah.
Kemudian tiba saatnya memiliih sekolah, ada beberapa sekolah
yang kami cari untuk opsi, agar nanti dia bisa memilih sekolahnya sendiri.
Setelah sekolah sudah dipilih, sebelum pendaftaran dibuka aku sering membawa
adik untuk lewat sekolahnya sebagai perkenalan awal.
Pendaftaran dibuka dan dari sekolah kami menerima beberapa
seragam juga alat tulis. Sedihnya karena pandemi, seragam sekolah yang begitu
disukai adik harus bergantung di dalam lemari dulu untuk sementara waktu, sebab
persekolahan belum benar-benar bisa berjalan. Namun, sekolah membuka semacam
bimbel selama 1 jam tatap muka dengan murid terbatas dan hanya 3 hari dalam
seminggu.
Hari pertama tatap muka pun dimulai dan adik bangun sangat
pagi. Dia mengenakan baju yang sudah ia pilih sehari sebelumnya. Ia mengatakan
siap namun ada perasaan gugup hari itu. jujur sebagai ibu aku pun juga sangat
gugup dan khawatir. Awalnya adik sudah sangat siap bersekolah dan masuk kelas
secara mandiri, tapi apa daya, adaptasi pada praktiknya lebih sulit dijalani
ketimbang teorinya. Adik kaget bertemu teman baru dengan suasana baru. Mungkin ada
kekhawatirkan ditinggalkan olehku di hari pertama.
Aku meyakinkan adik kalau aku akan menunggu di samping
jendela dan tetap terlihat olehnya. Namun tidak untuk masuk ke kelas bersama.
Anak terkecilku ini sempat ragu-ragu saat masuk kelas,
hingga kemudian ia luluh dengan rayuan ibu-ibu guru cantik nan baik hati. Adik duduk
dengan gurat muka yang tampak kurang nyaman. Jelas saja ini kan hal baru dalam
hidupnya.
Hari pertama aman, bebas hambatan.
Sayangnya saat masuk hari berikutnya, adik urung masuk kelas
sendiri,lalu akhirnya aku masuk dan duduk disampingnya untuk memberitahu jika
aktivitas sekolah itu menyenangkan dan memastikan dia nyaman, sekaligus membangun
kepercayaan bahwa di sekolah tetap aman, tidak apa-apa bermain dan belajar di
sini, bersama teman dan ibu guru.
Rengekan, tangisan, dan sikap manja ini berulang beberapa
kali pertemuan. Hingga tersisa hanya aku ibu yang mendampingi anaknya dalam
kelas. Sebenarnya ini pun dulu terjadi saat abang pertama masuk sekolah, jadi
bisa dibilang aku cukup berpengalaman. Meski begitu, kesabaran sebagai orang
tua juga tetap diuji, ditengah banyak hal yang terjadi diluar ini. Bagi beberapa
orang tua, masa-masa ini juga tidak mudah. Terlebih sekolah daring masa pandemi
yang masih abang jalani juga membuat diri, otak dan hatiku harus terbagi, ini
diluar mikirin siang makan apa, cucian numpuk, kerjaan yang dikejar deadline, dan
banyak lagi lainnya.
Segala penyesuaian dalam hidup akan banyak kesulitan di
dalamnya. Begitupun saat anak masuk sekolah untuk pertama kali. Tantangan bukan
cuma pada anak, melainkan orang tua pun harus banyak stok sabar, tahan mental
dan tebal telinga. Kenapa?
Sebab bagi anak ini hal baru dan asing dalam hidupnya, akan
ada khawatir, takut,malu dan rasa lainnya, ingat tidak semua anak pandai dan
mudah beradaptasi. Sedangkan bagi orang tua, artinya ada pekerjaan dan
kewajiban baru lagi diantara banyak hal lainnya. Belum lagi anak yang mendadak
lari keluar kelas, menangis, hingga ngamuk minta pulang atau sekadar merengek
enggan lepas dari pelukan, huuuuuuh ini harus bijak banget menghadapinya. Jika tidak
punya stok sabar segunung, akan muncul kesal dan bentakan pada anak atau
ancaman tipis-tipis seperti, “Mamah bisa marah loh ya.”, “Mamah cubit nih kalau
ga masuk.”, “Ya, udah pulang aja. Sampai rumah mainan kamu mama sita (buang)!”
. Ada pula yang tidak segan langsung action di tempat alias anak di cubit atau
mencengkram bagian tubuh anak dengan kencang. Emang ada yang begini? Ada dong. Salah
ga ibunya? Ya salah lah. Hanya aku bisa mengerti saat ada orang tua demikian. Orang
tua juga manusia, bisa lelah dan habis sabar.
Jika melihat hal ini akan ada saja yang berkata, “Anaknya
cuma begitu aja loh, tapi ortunya berlebihan guta ya”
Percayalah, tidak semua yang menurut pandangan kalian sepele
itu mudah pula untuk dijalani orang lain.
Di beberapa sekolah juga akan ada jenis orang tua atau
(maaf) guru yang suka membandingkan anak lain, dan ini bisa bikin emak-emak yang kebetulan anaknya “bermaslah” jadi kena
mental. Semisal anak A aja pintar, mamanya kerja langsung di tinggal atau orang
tua yang berkata, kalau anaknya disuruh masuk aja langsung masuk kelas, lalu
dia dadah-dadah, gak kaya anak si Anu, dan bla.. bla.. bla... Akan ada pula
yang meberi saran atau kiat-kiat agar anaknya pintar dan anteng saat awal
sekolah, dan ini bisa ngeselin banget bagi orang tua yang lagi hectic atau
kesulitan menenangkan anaknya. Untuk orang tua yang anaknya sedang rewel di
depan umum, pandangan dari orang lain aja jadi sangat menyinggung atau
menyakitkan. Jadi lebih baik diam, pura-pura tidak perduli, ketimbang komentar
tapi tidak membantu.
Beruntungnya di sekolah adik kali ini orang tua lain dan
guru support banget. Ibu guru akan dengan sigap datang merangkul anak dan
membangun kepercayaan bahwa dia akan aman dan baik-baik saja. Terimakasih
semua.
Oke, kembali pada cerita aku dan adik.
Dari sekian kali pertemuan dengan hal yang sama, aku memilih
menurunkan ego dan mengalahkan banyak hal. Prioritasku saat itu adalah adik
yang juga baru mulai belajar.
Mulai dari memberi pemahaman, jika aku dan dia sama-sama belajar nih, adik belajar
berteman dan sekolah dengan baik, sementara, aku belajar sabar kalau adik lagi
kumat manjanya. Tapi adik harus belajar mandiri dan bisa sendiri pelan-pelan. Adik
juga diajarkan cara betreman, mulai dari mengajarkan ia cara berkenalan dengan
teman, bagaimana menanyakan nama, lalu cara mengajak bermain teman yang baru. Oh
iya, penting menceritakan hal menyenangkan yang mungkin akan terjadi di sekolah
saat malam sebelum tidur atau saat perjalanan menuju sekolah.
Walaupun keesokan hari, adik tetap kukuh tidak mau di
tinggal. Hingga akhirnya aku dan adik sepakat, jika ia tidak di tinggal tapi
hanya diantar hingga tempat parkir, kemudian adik harus berani turun dan masuk kelas
sendiri. Aku hanya menunggu di parkiran dengan alasan harus menyelesaikan
pekerjaan dan menemani abangnya yang juga terpaksa harus belajar di dalam mobil
demi adik tersayang. Terimakasih abang, semoga tumbuh besar semakin bijak ya.
Setelah mulai nyaman melipir ke kelas sendiri tanpa diantar
dan aku menunggu di dalam mobil, adik akhirnya bisa mandiri. Ia mulai berani
berteman dan bermain. Akupun mulai pelan-pelan meninggalkan sesekali, entah
untuk belanja kebutuhan rumah, pulang kerumah untuk masak atau menyelesaikan
beberapa pekerjaan lainnya. Tentu maksimal 10 menit sebelum jam pulang aku
sudah harus stand by di parkiran lagi. Agar adik paham jika ia ditinggal di
sekolah dan akan di jemput lagi tepat waktu. Penting untuk datang sebelum kelas
bubar, agar anak merasa diperhatikan dan tidak ditinggalkan.
Karena ini tahun pertamanya, jadi masih saja akan ada, satu
atau dua kali rengekan untuk tidak ditinggalkan. namu terus saja berproses dan
belajar.
Oh iya, tambahan lainnya bisa dengan meminta anak
menceritakan kegiatannya di sekolah dan hal apa yang dia tidak suka dan sukai
saat di sekolah. Hal ini membuat anak jadi merasa tidak sabar melakukan
kegiatan sekolah esok, untuk di ceritakan kembali, juga bisa melatih anak
mengutrarakan apa yang dialami dan di rasakannya.
Mah, karena ini masih pandemi janga lupa tetap melatih anak dan mengingatkan untuk tetap patuh dengan protokol kesehatan. Tetap jaga kesehatan dan keamanan saat bersosialisasi dengan teman dan guru di sekolah.
Nah demikian yang aku bisa share kepada kalian, semoga
manfaat.
Untuk kalian yang ingin mendengarkan narasi dan nonton video kegiatan adik di sekolah bisa mampir ke youtube Desy Faurina Nonton Melatih Anak Mandiri di Awal Sekolah
Komentar
Posting Komentar